Penulis: Nurohman, Editor: M Kautsar
SariAgri – Sekelompok pemuda di Desa Arjasari, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, berinisiatif mendirikan konvensi atau rumah maggot. Mereka tertarik membudidayakan maggot karena aktivitas ini kian populer di kalangan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.
Maggot sendiri merupakan larva dari lalat black soldier yang berkembangbiak dari proses biokonversi palm kernel meal. Biokonversi adalah hasil fermentasi sampah-sampah organik menjadi sumber energi metan yang melibatkan organisme hidup.
Rumah maggot ini diresmikan oleh Staf Senior Pemberdayan Masyarakat Desa Kabupaten Indramayu yang mewakili DPMDes Provinsi Jawa Barat, Hilmi Hilmansyah bersama dengan para pemuda di desa itu beberapa waktu lalu.
Menurut Hilmi, keberadaan rumah maggot ini bisa membantu pihak desa untuk mengolah limbah sampah organik secara mandiri. Selain itu, larva maggot hasil budi daya juga bisa dijual. Artinya, kata dia, rumah maggot ini menggerakan dua unsur secara bersamaan yakni pembangunan ekonomi dan lingkungan.
Ia menyampaikan, di Kabupaten Indramayu sendiri program Patriot Desa memiliki program tematik di bidang lingkungan, salah satu hasil dari program tersebut adalah pembangunan rumah maggot. Menggunakan pola integrated-farming skala desa, lanjutnya, kedua unsur yakni ekonomi dan lingkungsn biss berjalan beriringan.
“Contohnya ada sampah organik dikumpulkan oleh masyarakat setiap dusun. Dusun A akan diberdayakan untuk budidaya maggot, sementara Dusun B akan diberdayakan untuk beternak ayam dengan suplai pakan dari dusun A. Dengan integrasi seperti itu maka ada kejelasan pasar untuk menjual hasil produksi yang juga dinikmati oleh warga setempat,” ujar Hilmi, Rabu (16/6/2021) sore.
Salah satu Patriot Desa Arjasari, Azka Mahendra menyampaikan, keberadaan rumah maggot ini bisa dijadikan wadah bersama, untuk belajar dan praktek terhadap penanganan kualitas lingkungan dari aspek pengelolaan sampah.
Ia menjelaskan, keuntungan dari pengelolaan sampah organik ini bisa mendatangkan omzet jutaan rupiah. Pasalnya, dari proses bio konversi ini hasilnya ada larva maggot dan kompos.
“Setiap 1 kilogram larva maggot mampu mereduksi 2-3 kilogram sampah per hari, tergantung dari usia larvanya tersebut. Semakin dewasa larva maka semakin banyak pula sampah yang di reduksi. Larva maggot yang dihasilkan bisa menjadi Alternatif makan ternak atau ikan dan kebutuhan lainnya,” paparnya.
Untuk harga telur maggot, kata dia, per 1 gram bisa dijual dengan harga Rp5.000. Sedangkan untuk larva maggot sendiri, per 1 kilogram harganya sebesar Rp6.000 sampai Rp7.000.
“Semakin banyak olahan maggot yang inovatif maka semakin tinggi juga nilai jual dari produk olahan tersebut,” kata dia.
Artikel asli:
https://peternakan.sariagri.id/73350/punya-omzet-jutaan-rupiah-pemuda-di-indramayu-dirikan-rumah-maggot