Aksesibilitas dan Potensi Segitiga Emas REBANA Jawa Barat Pasca Cipali

Penyediaan infrastruktur jalan seperti jalan tol merupakan salah satu investasi masa depan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh anak cucu kita kelak. Infrastruktur jalan tol dapat menjadi generator/ pemacu pertumbuhan ekonomi secara makro maupun mikro. Ketersediaan jaringan jalan dapat menciptakan aksesibilitas yang dapat memacu percepatan pertumbuhan wilayah, oleh karena itu jaringan jalan seperti jalan tol merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kelancaran roda ekonomi dan meningkatkan pergerakan arus barang dan orang. Selain itu tersedianya prasarana jalan tol baik kualitas maupun kuantitas sangat menentukan mudah atau tidaknya suatu daerah dalam menciptakan interaksi antar wilayah.

Pemerintah pusat telah merampungkan proyek jalan Tol Cikampek-Palimanan (CIPALI) pada tahun 2015 lalu. Proyek ini merupakan salah satu dari proyek besar pembangunan Jalan Tol Lintas Jawa. Total panjangnya mencapai 116 km, melintasi beberapa kabupaten dan kota di Jawa Barat. Tersedianya Jalan Tol Cipali ini diharapkan dapat mampu membangkitkan roda ekonomi kabupaten dan kota yang ada di Jawa Barat, khususnya wilayah yang dilalui oleh Jalan Tol Cipali. Pola pergerakan internal maupun eksternal akan dapat meningkat, kemudian dengan meningkatnya aksesibilitas pula akan menjadi pemicu peningkatan interaksi antar wilayah.

Dampak pembangunan jalan tol sudah dapat dirasakan oleh beberapa contoh pembangunan tol di Indonesia. Salah satunya adalah keberadaan jalan tol Cipularang yang memiliki manfaat peningkatan aksesibilitas antara kota Bandung dan Kawasan Jabodetabek, seperti peningkatan lalu-lintas kendaraan dan penumpang asal Jabodetabek ke arah Bandung meningkat sebesar 40,79% sejak awal beroperasi pada Tahun 2005 (Laode, 2006). Peningkatan aksesibilitas berdampak pula pada peningkatan frekuensi perjalanan dari kedua kawasan tersebut. Aksesibilitas yang mudah dan jarak tempuh yang lebih cepat, merupakan salah satu faktor penarik minat orang untuk berkunjung ke Kota Bandung.

Menurut (Bintarto, 1982) suatu wilayah tidak dapat berkembang dengan baik tanpa adanya penghubung terhadap wilayah lainnya. Pendapat tersebut dapat terbukti bahwa keterbatasan Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh suatu wilayah tidak dapat menunjang seluruh kebutuhan aktivitas wilayah tersebut untuk berkembang. Oleh karena itu terdapat interaksi antara wilayah yang memiliki fungsi sebagai penyedia, dengan wilayah lain yang berfungsi sebagai penerima atau sebaliknya dalam sektor lain yang tidak dapat dimiliki oleh salah satu wilayah tersebut. Pada dasarnya basis ekonomi di suatu wilayah berbeda, tergantung dari kondisi fisik lingkungannya. Seperti contoh Kabupaten Indramayu yang memiliki fisik lingkungan pesisir dengan basis ekonomi masyarakat, yaitu sektor perikanan dan pertanian. Berbeda dengan Kabupaten Kuningan yang memiliki kondisi fisik lingkungan pegunungan dengan basis ekonomi masyarakat pada sektor perhutanan dan eksplorasi hasil alam.

Basis ekonomi yang dimiliki oleh wilayah yang dilalui Jalan Tol Cikampek-Palimanan cukup beragam. Dari Barat ke Timur, Tol Cipali ini melintasi Kabupaten Purwakarta (Cikopo), Subang, Indramayu, Majalengka (Kertajati), dan Cirebon (Palimanan). Morlok (1988) mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang, dan jasa antar wilayah.

Basis ekonomi yang dimiliki oleh Kabupaten Purwakarta adalah industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Dengan adanya kemudahan aksesibilitas akan menekan biaya/ cost transportasi, sehingga benefit yang didapatkan menjadi lebih besar.

Kemudian potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Subang adalah hasil agro dan sektor pariwisata. Dengan adanya Tol Cipali ini, Kabupaten Subang diharapkan tidak hanya berperan sebagai penonton saja tanpa menyiapkan berbagai skenario pengembangan wilayahnya. Pengembangan kawasan wisata di wilayah Subang akan dapat dirasakan manfaatnya dari peningkatan aksesibilitas dan konektivitas di sekitar Exit Tol Kalijati-Subang. Pergerakan orang dari arah Jakarta ataupun dari Jawa Tengah akan dipermudah dengan adanya jalan Tol Cipali. Oleh karena itu selain upaya peningkatan produktivitas hasil pertanian di Kabupaten Subang, perlu juga memperhatikan peningkatan kualitas pelayanan objek wisata yang dapat menciptakan multiplier effect terhadap sektor lainnya seperti perhotelan dan perdagangan.

Bergeser ke Kabupaten Indramayu yang memiliki basis ekonomi di bidang pertanian dan industri, wilayah ini telah ditetapkan oleh pemerintah pusat sebagai kawasan penyangga hasil produksi pertanian. Dengan penetapan tersebut Kabupaten Indramayu akan tetap menggenjot hasil produksi pertanian dan pengembangan kawasan utara sebagai kawasan industri (migas, produksi barang jadi, dll). Dampak dari pembangunan Jalan Tol Cipali akan dapat dirasakan dalam jangka panjang, namun pada rentan waktu yang pendek (Short Term) yaitu 5 tahun kedepan mungkin akan berimplikasi pada menurunnya arus pergerakan di Jalur Pantura Kabupaten Indramayu yang berdampak kepada sektor perdagangan. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Indramayu jangan hanya berdiam diri melihat masalah ini, namun harus jeli dalam menyiapkan berbagai skenario pembangunan di kawasan utara Indramayu selama 5 tahun tersebut, salah satunya adalah perlu menyiapkan rencana pengembangan kawasan utara Indramayu sebagai kawasan industri menengah ke atas. Harapannya setelah selesai pengembangan kawasan industri dalam jangka waktu 5 tahun akan meningkatkan kembali aktivitas masyarakat, dan pergerakan barang dan orang. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan jumlah penduduk karena penyerapan tenaga kerja yang semakin besar, tingkat pendapatan masyarakat sekitar yang meningkat, dan daya beli masyarakat akan terus berkembang. Sehingga skenario jangka waktu 5 tahun ini akan bersinergi terhadap manfaat jangka panjang yang akan dirasakan dari pembangunan jalan Tol Cipali khususnya untuk Kabupaten Indramayu.

Potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Majalengka selain dari hasil pertanian (tanaman bahan makanan), terdapat juga potensi dari aspek pariwisata yang dilihat dari tingginya angka PDRB pada sektor perhotelan dan restoran. Sama halnya seperti Kabupaten Subang yang memiliki potensi pariwisata, Kabupaten Majalengka memiliki ciri khas pariwisata pegunungan yang tidak kalah indah. Dengan adanya Tol Cipali ini diharapkan dapat mempermudah aksesibilitas wisatawan dari dalam ataupun dari luar Jawa Barat untuk dapat masuk ke Kabupaten Majalengka.

Selain itu juga Kabupaten Majalengka sedang disiapkan menjadi kawasan Aerocity dengan hadirnya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB). Kawasan ini diproyeksikan menjadi wilayah paling sibuk di Jawa Barat. Konsep pengembangan kawasan Aerocity ini dimaksudkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan aktivitas masyarakat yang mobile berskala nasional dan internasional serta menjadikan kawasan Kertajati (Majalengka) sebagai kota masa depan, dengan layanan penerbangan yang didukung sistem transportasi terintegrasi dengan aksesibilitas jalan raya dan jalan Tol Cipali, kecepatan kereta api, dan pelabuhan internasional yang masih dalam rencana. Selain itu pula dilihat dari fungsi administrasi Kabupaten Majelengka wilayah ini sangat potensial untuk menjadi hub/ pusat pergerakan melalui udara di Jawa Barat, dengan lokasi yang dekat dengan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bandung Raya, Pusat Kegiatan Nasional (PKN) BODEBEK (Bogor Depok Bekasi), dan dekat dengan Ibukota Jakarta. Dengan konsep tersebut Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) ini hadir sebagai pelengkap aspek transportasi udara untuk kawasan Pusat Kegiatan Nasional Cirebon Raya.

Kabupaten Cirebon adalah daerah terakhir yang dilalui oleh Tol Cipali melalui exit Tol Palimanan yang lokasinya berdekatan dengan Kota Cirebon sehingga membuat daerah ini menjadi wilayah yang memiliki interaksi keruangan cukup besar antar keduanya. Selain itu, Kota Cirebon sebagai gerbang utama masuk ke Provinsi Jawa Barat dari wilayah utara membuat hubungan dan keterkaitan dengan kabupaten/ kota lain yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Pergerakan barang dan orang yang sangat besar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur akan membuat pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan di kawasan Kabupaten Cirebon meningkat. Salah satunya yang dapat dirasakan adalah industri batik (Kampung Batik Trusmi) yang potensial untuk berkembang lebih besar.

Pada intinya pergerakan roda ekonomi suatu wilayah memiliki keterkaitan dengan wilayah lainnya. Seperti halnya di kawasan utara Jawa Barat, pembangunan Tol Cipali akan membentuk pola interaksi keruangan antar wilayah dan perpindahan manusia/ barang dari satu tempat ke tempat lain. Potensi dari berbagai aspek di kawasan utara Jawa Barat akan dapat berkembang lebih pesat dengan ditunjang oleh penyediaan jalan Tol Cipali dan penyusunan skenario pembangunan yang lebih matang untuk masing-masing kabupaten/ kota di Jawa Barat khususnya wilayah yang dilalui oleh jalan Tol Cipali ini. Oleh karena itu transportasi merupakan tolak ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah.

Ad